Kepala LRSDKP menghadiri UNESCO International Conference on the Protection of Underwater Cultural Heritage di Perancis

Kategori: Berita 2019 Diterbitkan: Kamis, 27 Jun 2019 Ditulis oleh Nia Naelul Hasanah

 

WhatsApp Image 2019 06 27 at 15.51.44 1

 

Kepala Loka Riset Sumber Daya dan Kerentanan Pesisir (LRSDKP), Badan Riset dan SDM Kelautan dan Perikanan, Nia Naelul Hasanah Ridwan, S.S., M.Soc.Sc., diundang untuk menjadi pembicara dalam acara UNESCO International Conference on the Protection of Underwater Cultural Heritage yang diselenggarakan oleh UNESCO dan Pemerintah Perancis pada tanggal 17-19 Juni 2019 di Grand Amphitheatre, Ateliers des Capucins di Kota Brest, Brittany Region, Perancis. Acara konferensi ini dihadiri 150 orang peserta dari berbagai negara di lima benua. Peserta konferensi terdiri dari para ahli dan praktisi arkeologi bawah air serta para delegasi negara-negara untuk UNESCO dari 61 State Parties to UNESCO Convention 2001. Acara dibuka secara resmi oleh Mr. Jean-Yves Le Drian, Minister of Europe and Foreign Affairs of France dan Mrs Audrey Azoulay, Director-General of UNESCO. Kata sambutan disampaikan oleh Mr. François Cuillandre (Mayor of Brest, President of Brest Métropole), Mr. Loïg Chesnais-Girard (President of the Brittany Region), Mr. Vladimir Ryabinin (Executive Secretary of the Intergovernmental Oceanographic Commission, UNESCO), dan H. E. Mr. Laurent Stefanini, Ambassador of France to UNESCO and President of the Meeting of States Parties to the 2001 Convention.

WhatsApp Image 2019 06 27 at 15.51.45

WhatsApp Image 2019 06 27 at 15.51.44 

Para pembicara yang diundang oleh UNESCO dan Pemerintah Perancis terdiri atas para ahli arkeologi bawah air yang berasal dari Indonesia, Senegal, Croatia, China, Belanda, Maroko, Perancis, Spanyol, dan Chile. Dalam kegiatan ini, UNESCO meminta Kepala LRSDKP untuk memberikan pemaparan dengan judul Is Underwater Cultural Heritage in Asia Sufficiently Protected and Valued? A First Response. Dalam paparannya, Kepala LRSDKP menjelaskan tentang besarnya potensi warisan budaya bawah air yang dimiliki Indonesia yang tersebar di hampir seluruh wilayah perairan nusantara dimana Indonesia adalah “The Largest Archipelago in the World”. Luasnya perairan Indonesia dan posisi strategis Indonesia dalam persimpangan Jalur Sutra Laut (Maritime Silk Route) atau Jalur Rempah (Silk Route) menyebabkan Indonesia memiliki banyak situs budaya bawah air yang berasal dari berbagai masa mulai dari masa kerajaan-kerajaan kuno hingga masa Perang Dunia II. Namun luasnya perairan Indonesia juga menyebabkan Indonesia kesulitan untuk melakukan proteksi dan memonitor berbagai warisan budaya bawah air tersebut. Kepala LRSDKP Ibu Nia juga menjelaskan berbagai permasalahan dan tantangan yang dihadapi Indonesia dalam melakukan pelindungan, pelestarian dan pengembangan situs bawah air di Indonesia dikarenakan berbagai ancaman bagi kelestarian situs yang berasal dari manusia maupun ancaman dari faktor alam. Ancaman dari manusia terdiri atas pengangkatan illegal atau pencurian oleh masyarakat lokal, perburuan harta karun oleh para pemburu harta karun level internasional dan nasional, penjarahan besi tua dari bangkai kapal terutama kapal-kapal Perang Dunia II, aktivitas memancing yang merusak, sampah dan polusi di laut, serta proyek-proyek pembangunan yang berdampak terhadap kelestarian situs bawah air. Sementara itu, faktor alam di Indonesia yang merusak kelestarian bangkai kapal tenggelam di antaranya adalah dinamika laut, perubahan iklim, perubahan garis pantai, aktivitas seismic dan vulkanik, serta tsunami.

 WhatsApp Image 2019 06 27 at 10.24.51

WhatsApp Image 2019 06 27 at 10.22.01

Ibu Nia memaparkan berbagai jenis kegiatan riset dan pengembangan arkeologi bawah air yang telah dilakukan di Indonesia sejak tahun 2005 hingga saat ini di KKP dan beberapa instansi terkait lainnya serta sejumlah aktivitas dan tantangan yang dihadapi oleh beberapa negara di Asia. Ibu Nia menekankan dalam presentasinya bahwa di Indonesia, riset arkeologi bawah air saja tidak cukup untuk pelindungan dan pelestarian warisan budaya bawah air. Menurut Ibu Nia, aktivitas lain yang terus digalakan di Indonesia dan sangat penting bagi kelestarian situs warisan budaya bawah air adalah raising awareness program dengan melakukan berbagai upaya pendekatan terhadap publik, menggugah kesadaran pemerintah salah satunya dengan dibukanya Marine Heritage Gallery di KKP, pemberian Learning Session buat anak-anak dan generasi muda sehingga suatu saat mereka dapat meneruskan pekerjaan di bidang arkeologi bawah air, serta selalu melibatkan masyarakat setempat dan berbagai stakeholder dalam berbagai kegiatan riset, pelestarian dan pelindungan warisan budaya bawah air. Ibu Nia juga menekankan bahwa pengembangan situs warisan budaya bawah air bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat terutama masyarakat pesisir yang di daerahnya memiliki warisan budaya bawah air sangat penting dengan cara menjadikan situs-situs kapal tenggelam bersejarah sebagai destinasi wisata selam yang berkelanjutan. Apabila masyarakat dapat merasakan benefit yang diberikan oleh keberadaan situs bawah air, maka dengan sendirinya masyarakat akan memiliki kepedulian dan meningkatkan “sense of ownership” dengan membantu pemerintah menjaga kelestarian situs tersebut dan tidak merusaknya. Masyarakat nelayan dapat meningkatkan penghasilan dengan berpartisipasi dalam mengembangkan situs bawah air sebagai objek wisata selam dimana mereka sewaktu-waktu dapat mengangkut turis untuk menyelam di lokasi bangkai kapal dengan perahu mereka apabila mereka sedang tidak pergi melaut. Masyarakat pesisir juga dapat menjadikan rumah mereka sebagai homestay, membuka rumah makan, menjual souvenir dan lain-lain di area wisata selam kapal tenggelam.    

WhatsApp Image 2019 06 27 at 10.23.37

 WhatsApp Image 2019 06 27 at 10.23.38

Diharapkan dengan adanya acara konferensi ini, para peserta dari berbagai negara dapat sharing pengetahuan dan pengalaman dari negara-negara lain sehingga dapat diambil contoh yang baik yang dapat diterapkan di negara masing-masing sesuai dengan kondisi dan situasi di negara tersebut. Kolaborasi internasional antara berbagai negara untuk saling membantu meningkatkan kegiatan riset, pelindungan, pelestarian, dan pengembangan warisan budaya bawah air diharapkan dapat meningkat secara signifikan dengan adanya kegiatan UNESCO International Conference ini.

Selain mengikuti acara konferensi, para peserta juga diajak untuk mengunjungi kapal riset Arkeologi bawah Air Perancis “Andre Malraux” yang sangat terkenal dalam dunia Arkeologi Bawah Air. Andre Malraux yang mempunyai peralatan survei bawah air yang lengkap telah berlayar dan melakukan banyak riset di situs-situs bawah air di Perancis dan di beberapa negara State Parties to UNESCO Convention 2001.

Selain mengunjungi kapal riset Andre Malraux, peserta juga dibawa mengunjungi Oceanopolis yang merupakan akuarium kebanggaan Brest dan Brittany Region, National Maritime Museum di Brest, historic boat, dan historic shipyard di Brest.  

WhatsApp Image 2019 06 27 at 10.32.34

Setelah selesai acara di Brest, Nia juga diundang untuk menghadiri acara UNESCO State Parties Meeting to UNESCO Convention 2001 on the Protection of Underwater Cultural Heritage pada tanggal 20 Juni di UNESCO Headquarters, Paris, Perancis. Acara ini dihadiri oleh 61 negara anggota yang telah meratifikasi UNESCO Convention 21, para peserta acara konferensi di Brest, dan sejumlah observer dari negara-negara yang belum meratifikasi UNESCO Convention 2001. Dari Indonesia, selain Kepala LRSDKP, terlihat hadir 3 (orang) perwakilan dari Kementerian Luar Negeri Indonesia.

Dalam acara ini dibahas tentang kegiatan yang telah dilakukan oleh Scientific and Technical Advisory Body UNESCO Convention 2001 dalam membantu negara-negara state parties yang membutuhkan bantuan dalam hal pelindungan, riset dan pelestarian situs-situs warisan budaya bawah air. Dalam meeting ini juga negara-negara yang telah meratifikasi UNESCO Convention 2001 disarankan untuk dapat meningkatkan implementasi UNESCO Convention 2001 tentang perlindungan warisan budaya bawah air dengan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan pelindungan, pelestarian, riset, dan pengembangan situs arkeologi bawah air sehingga dapat membuka akses buat publik untuk menikmati warisan budaya bawah air dan meningkatkan keterlibatan masyarakat dan berbagai stakeholder.  

Pin It
Dilihat: 1407